Selamat datang di blog sederhana saya ini ! Semoga informasi blog ini bermanfaat bagi Anda...

Daftar Isi

Sabtu, 19 Maret 2011

Lolos dari Maut

Hariyadi (Foto: Marieska/Okezone)
Hariyadi (Foto: Marieska/Okezone)
DEPOK - Di antaranya ribuan warga negara Indonesia yang berada di Jepang, salah satunya adalah Hariyadi Budi, warga Depok Timur, Jawa Barat. Dia berhasil selamat dari terjangan tsunami dan kini telah berada di Tanah Air.


Berikut kisahnya seperti dituturkan kepada wartawan di Depok. Sejak 2003 silam, Hariyadi sudah berada di Jepang. Tak puas dengan gelar Doktor kajian Jepang yang didapatkannya di Universitas Indonesia (UI), ia pun memutuskan untuk mengambil studi di Universitas Tohuku Jepang dengan program studi Human Science.
Selain ingin menyelesaikan studi doktor di Sendai, Hariyadi pun mencurahkan seluruh tenaga, pikiran, dan kasih sayangnya untuk anak-anak SD di Jepang dengan mengajar di sebuah sekolah di bibir pantai di kawasan Miyagi.

Hariyadi menuturkan, gempa sudah menjadi pengalaman biasa bagi warga Jepang. Namun sesuatu yang luar biasa dahsyat menimpa penduduk negeri Sakura pada Jumat kelabu, 11 Maret 2011.

Siang hari, pukul 14.00 waktu setempat, Hariyadi sempat dihubungi kawannya, Nanto, warga Indonesia, yang bekerja sebagai nelayan di pantai kawasan Miyagi, tepatnya di pelabuhan Siogama. Sosok Hariyadi yang low profile, membuatnya banyak memiliki teman nelayan karena tak segan langsung terjun kedalam kehidupan masyarakat kelas menengah bawah.

“Padahal gempa dan tsunami saat itu datang sekira pukul 14.47, tapi jam 14.00 saya ditelepon Nanto bahwa dia punya oleh-oleh ikan yang enak untuk saya, akhirnya saya memutuskan untuk menuju laut dengan mobil, bisa dibayangkan saat itu saya tidak mengira akan terjadi bencana besar,” tuturnya.

Selama di Jepang, Hariyadi tinggal di sebuah apartemen bersama anaknya, Tian (16). Sementara istrinya, Tanti, tinggal di Eropa untuk menyelesaikan studi. Hariyadi pun ke laut untuk menemui Nnato, dan meninggalkan Tian di apartemennya.

Di tengah perjalanan menuju laut, tiba-tiba mobilnya terguncang hebat saat melewati jembatan di atas sebuah aliran sungai. Ia pun tak mampu mengendalikan mobilnya yang terpelanting ke sana kemari. Ia khwatir, jembatan tersebut akan retak dan terbelah hingga mobilnya terjeblos ke dasar sungai.

“Braaak, betul-betul gempa terdahsyat yang pernah saya rasakan selama tinggal di Jepang, saya berusaha fokus agar segera sampai di ujung jembatan, akhirnya saya sampai di ujung dan canggihnya ponsel di sana sudah dilengkapi early warning system hanya dua detik sebelum gempa terjadi benda itu bunyi sangat keras, gempa berlangsung 10 hingga 15 menit,” tutur pria kelahiran Solo, 2 Februari 1965 itu.

Saat sampai di ujung jembatan, ia pun turun dari mobil sambil mendengarkan siaran radio di mobilnya. Apa yang dikhawatirkannya ternyata betul, peringatan bahaya tsunami akan menggulung Jepang hanya dalam waktu 15 menit setelah gempa, dan meminta masyarakat untuk lari ke atas bukit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar